ANGGITA OKTAVIANI

CERPEN dalam doaku berbicara | Anggita Oktaviani
Teknik komputer JaringanTeknik Komputer Jaringan
Home
Teknik Komputer Jaringan
Tentangku

Selasa, 17 November 2015

CERPEN dalam doaku berbicara

DALAM DOAKU BERBICARA Ketika semua asik dengan kehidupannya masing masing, disitulahku harus mengejar rupiah untuk menghidupkan keluarga. Aku adalah rina damayanti murid kelas xi smk. Aku terlahir dari keluarga tidak mampu, ayah ku telah tiada saat aku berada dalam kandungan ibuku. Aku mempunyai satu adik perempuan dari ayah tiriku, tetapi ayah tiriku meninggalkanku dan keluargaku. Sebagai gantinya, ibu bukan hanya sebagai ibu tetapi sekaligus menjadi ayah untuk ku. Di usia remajaku, aku habiskan untuk membantu ibu jualan karena bagiku itu adalah kewajiban. Kadang banyak hinaan, cemoohan yang aku dapatkan dari teman temanku, tetapi jiwaku tak goyah sedikitpun bahkan itu awal dari kesuksesanku. Walaupun aku terlahir dari keluarga tidak mampu bukan berarti aku tidak mampu mengejar cita citaku. Kadang sedikit down saat teman teman berbicara “jangan berteman dengan anak miskin itu” kata salah satu temanku. Aku tidak pernah menanggapi perkataan mereka aku hanya diam dan menghiraukannya. Aku sekolah bukan untuk memamerka harta orang tua Aku sekolah bukan untuk mengikuti tren remaja sekarang Aku sekolah bukan untuk ajang mencari pacar, tapi aku sekolah untuk mencari ilmu, untuk belajar, untuk membahagiakan kedua orang tuaku dan membuktikan kepada mereka kalau seorang anak tidk mampu bias lebih sukses dari orang yang punya, kita buktikan nati. Sepulang sekolah seperti biasa aku membantu ibu jualan, ntuk mencari rupiah yang lebih, aku berniat untuk mencari pekerjaan dan aku mendapatkannya. “menjadi penjual Koran”. Kadang tersirat dalam benakku kenapa cobaan seberat ini aku dapatkan. Tapi bapa guna aku mengeluh, semua memang kehendakNya, apa guna aku mengeluh, hanya kan membuat sedih. Aku harus bias melewati cobaaan ini untuk menuju masa depan yang cerah. “setiap jalanku tapaki, setiap keringat yang bercucuran, setiap air mara yang menetes, setiap hinaan yang ku dengar, aku hnya diam, tapi jangan pernah membuatku lelah dan menyerah, tolong kuatkanlah aku menghadapi cobaanMu, berilah aku kesabaran untuk menghadapinya. Ya Allah aku meminta kepadamu jangan biarkan ibuku menangis atas cobaanMu,kuatkanlah dia. Amin “ dalam doaku berbicara. “bu, lagi apa? Kataku kepada ibuku yang sedang memandang poto ayahku .” ibu rindu, sama ayah, aku juga bu.? Sambungku memeluk ibu. “andaikan ayahmu ada, pasti kita takkan seperti in” kaat ibu ku dan air matanya mulai menetes. “ kamu gak akan jualan Koran, membantu ibu, dan kamu juga gak akan menjadi bahan ejekan teman temanmu” sambung ibuku. “bu… apakah aku pernah mengeluh, apakah aku pernah meminta ini, apakah aku harus diam saat ibu bekerja untuk kita, apakah aku harus diam saat ibuku terluka, tidak bu, aku dan adiku tidak akan diam saat melihat ibu bekerja keras untuk membesarkan kita sendirian”kataku sambil menghapus air matanya. Tiba tiba adiku keluar dari kamar.” Bu, apakah ibu mengajarkan, jika ad yang menghina kita, kita harus membalasnya, tidak kan bu, ibu mengajarkan kita untuk selalu sabar dan menganggap semua itu sebagai cobaan dari yang kuasa” sambung adikku. “kita saying sama ibu” kata kami berdua lalu memeluk ibu. “ ibu bangga punya anak seperti kalian” kata ibuku dan mencium kami. Kini semua tinggal kenangan, ayah yang telah pergi menghadap sang pencipta, maupun ayah yang tega menelantarkanku, adik dan ibuku. Kepahitan, kepedihan, kerasnya kehidupan ini, mampu aku lewati dengan kasih syang dan doa dari ibu beserta adiku. Kini aku sudah dewasa, bekerja disalah satu perusahaan dan sedang mengambil S2 di jerman. Buah dari bekerja keras, sabar, pantang menyerah, dan berdoa kepada Allah SWT, serta doa dari kedua orang tua akan sukses dan bergubna untuk nusa dan bangsa dan agama. Ridho orangtua adlah ridhoNya Dalam Doaku Berbicara.

0 komentar:

Posting Komentar

BIODATA

Template by:

Free Blog Templates